Jumat, 24 Februari 2012

Aryza dan Suka Duka-nya

Alhamdulilah...hampir 2 bulan Aryza Catering milik saya dan sahabat saya Mera berjalan dan beberapa minggu ini mulai terasa tantangan-tantangan baru dari bisnis catering ini...Tidak dipungkiri dalam tahap merintis bisnis ini, banyak sekali hal yang harus dipelajari baik itu dari sisi teknis dan manajemen...Passion saya terhadap dunia kuliner saja tidak cukup untuk menjalankan bisnis ini, yang terpenting adalah drive alias tekad...
Mbah Ti dan Ibu (Asisten yang dibayar dengan cinta...hahaha)
Bisnis catering adalah bisnis yang sangat kompetitif namun keuntungannya cukup besar apabila cost control dilakukan dengan baik. Pekerjaan ini membutuhkan pehatian mengenai detail tidak hanya dari sisi produk namun juga dari segi biaya...dan yang bisa memberikan pelajaran mengenai bagaimana menjalankan bisnis catering yang efisien hanya satu, pengalaman.

Setiap kali Aryza mendapatkan order, saya selalu mencatat setiap detail pesanan. Resep standar, production cost, supplier info dan lain-lain, sehingga ke depannya, ketika saya menerima order yang sama. Pekerjaan bisa dilakukan dengan lebih efisien. Buku itu saya beri nama : Buku yang ilmunya tidak bisa diperoleh disekolah manapun.
Bikin Makaroni sebaskom...
Minggu ini adalah minggu yang berat bagi saya...hehehe...permulaan yang cukup menantang. Dimulai dari mengerjakan pesanan dari salah satu teman untuk acara slametan Ibunya yang baru meninggal pada hari minggu lalu...100 pax nasi kotak dan 100 pax snack box dengan tampilan super eksklusif dan dilanjutkan minggu malamnya mengerjakan pesanan snack box untuk rapat sebanyak 40 pax dan hampir setiap hari saya mendapatkan job...Alhamdulilaaaaah...
Ini chef endel sang fashion-nista...Comera Arihatsu...hahaha

Kadang saya merasa bersalah pada kaki dan tangan saya...haha...jempol kanan saya entah berapa kali kena pasrahan kentang, jari saya nggak ada yang beres karena sering keiiris pisau sedangkan kaki saya mondar mandir di dapur sampai biru-biru lebam yang tiba-tiba aja muncul tanpa saya sadari, kemudian lutut saya juga lebam. Tapi saya selalu senang dan puas...kedua hal itulah yang nggak bisa terbeli dengan apapun...rasa puas kalau hasil karya saya cantik-cantik...apalagi kalo bikin pastry, saya perfeksionis soal pastry. Kalo pastry saya cakep-cakep...gak ada deh hal yang bisa membeli rasa puas saya pada hasil kerja saya. 

Hal inilah yang membuat saya bangga pada Ibu saya...beliau bertahun-tahun bekerja seperti itu sampai seusia sekarang, kakinya sering kesakitan dan nggak bisa jalan tapi Ibu majuu terus bekerja demi keluarga saya...Saat ini, Ibu adalah tulang punggung keluarga dan kadang saya berpikir, sebenarnya Ibu saya bisa menjadi caterer besar jika beliau dulu mau sedikit nekad dan keluar dari ‘kotak’nya...Itulah mengapa saya ingin keluar dari ‘kotak’ ketika merintis usaha ini. Saya ingin lebih baik dari ibu saya dan mewujudkan cita-cita Ibu yang ingin memiliki sebuah usaha catering besar.
All by Myself...my fav part is making pastry
Menjalankan bisnis sendiri tidak hanya menantang dari hal pekerjaan, tapi dari segi waktu juga. Dengan fleksibilitas terhadap waktu, kadang saya sering terlena. Saya tidak punya jam kerja, tapi tiap jam adalah jam kerja...hahaha...musuh terbesar adalah malas. Ketika badan saya udah capek, saya bebas leluasa mau istirahat, dan kadang lupa. Saya punya tugas lain ketika nggak sedang mengerjakan pekerjaan teknis, yaitu memperbaiki manajemen...dan itu dari awal bulan februari nggak selesai-selesai karena saya sering tergoda untuk ‘selonjor’ di sofa setelah menyelesaikan job-job.

Tiap pilihan itu mengandung suka-duka...kalo kerja di kantor lembur-lembur ada gajinya. Kalo usaha sendiri, lembur gak lembur ya gaji tiap bulan masih tergantung sama omset. Kapan hari saya sempat tidur jam setengah 3 pagi karena harus membakar lasagna, makaroni dan bikin muffin dalam semaleman...maklum, alat yang terbatas bikin kerja jadi belum efisien. selain itu, punya usaha sendiri di bidang makanan ini sering buat saya iri (dasar nggak pernah bersyukur ya) sama temen-temen saya yang kerja kantoran. Soalnya tiap jalan-jalan ke Matahari, saya selalu pengen beli baju kantoran yang elegan itu tapi akhirnya nggak beli soalnya saya nggak butuh...hahaha...toh kerja saya di dapur pake celana, kaos, bawa serbet sama jampel. 

Yang di belakang itu karyawan freelance kita (tukang ngadahi sendok n sambel)

Mungkin someday ketika saya jadi caterer besar yang udah lepas 100% dari hal-hal teknis, saya bakal ganti kostum...hahaha....tapi terus terang, seragam chef yang saya pakai waktu kerja di hotel adalah outfit yang paling saya sukai...seragam chef itu memberi saya identitas yang saya inginkan... berharap tahun depan pakai seragam yang ada bordiran nama saya plus simbol Le Cordon Bleu...amin amin amin....

My strawberry choux with chantily cream

A good caterer is a good chef, a deft mover, a
skilled planner, an adroit salesperson and marketer, an able business
person, and a charming customer service representative all in one
(Weinberg, 2007)

Salam Sayang

Astrimbil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Polite comment and critic only