Gotta have roots, before branches
to know who I am before I know who I am gonna be...
Tulisan ini terinspirasi dari
lagu yang berjudul sama “Roots before branches” (dinyanyikan oleh Lea Michele
di episode terakhir Glee Season 3) dan acara reality show Junior Masterchef
Australia S2.
Sebagai seseorang yang pernah
mengalami sebuah disorientasi cita-cita 5 tahun lalu, sesuatu yang saya sayangkan
(bukan sesalkan) adalah keterlambatan saya untuk mengenali diri saya dan apa
yang saya inginkan. Seandainya sejak awal saya mengetahui “WHO I AM”, pastilah
saya lebih memilih mengambil studi di ilmu yang sangat membuat dunia saya sangat
indah...CULINARY WORLD!
I know I meant for something else, first I’ve got to find myself
Entahlah, apakah ini adalah pola
pikir old fashion para orang tua ataukah memang zaman yang telah sangat
berubah. Orang tua saya, seperti kebanyakan orang tua lainnya, saat itu
berpikir bagaimana agar anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan tinggi
kemudian setelah lulus bekerja di perusahaan-perusahaan bagus bergaji besar
sesuai bidang studinya, sehingga suatu saat bisa mandiri secara finansial.
Sebagai calon orang tua di masa
depan, sepertinya cara mendidik anak seperti itu sudah ketinggalan jaman.
Bahkan, salah satu paman saya yang pernah merasakan hidup di lingkungan barat,
pernah bilang kalau anak-anak bule itu sejak kecil sudah diarahkan orang tuanya
untuk melakukan apa yang dia suka. Seperti halnya para kontestan junior
masterchef aussie...
Isabella & Jack, kecil-kecil sudah punya impian besar |
Di usia seperti mereka, seorang
saya pun hanya bisa masak beberapa masakan dasar yang gampang-gampang seperti telur
dadar, nasi goreng, sup...ya begitu-begitu aja. nothing special. Sedangkan
mereka yang masih sangat-sangat muda (kalo nggak salah mulai usia 10 tahun
alias kelas 6 SD...eh 10 atau 8 ya?? pokoknya sekitar itu) sudah bisa bikin
beraneka ragam culinary product dari berbagai negara, bikin makanan sejenis
pavlova, croqembouche, macaron, pie, masakan asia seperti indian curry, thai
green curry, dan masih banyak makanan aneh yang tidak pernah terlintas di benak
seorang trimbil usia 10 tahun. Sampai saya berpikir, gimanaa cara orang tuanya
ngajarin mereka sampai-sampai di usia segitu mereka sudah bisa bikin kalimat “saya
ingin jadi chef dan punya restoran suatu hari” sementara anak-anak kita masih
berkutat pada jawaban klasik pengen jadi dokter, tentara, atau pilot.
Inilah yang dimaksud dengan “To
know who I am before I know who I am gonna be”
Jika kita nggak tahu siapa diri
kita, jati diri kita sesungguhnya, kita nggak akan pernah tau mau jadi apa kita
di masa depan. Mengenali diri sendiri dalam pengertian saya bukan mengenali apa
yang kita MAU, melainkan apa yang kita INGINKAN di dalam hati kita. Di dalam
hati itulah kita akan mengenali diri kita, siapa kita, dan ingin menjadi apa
kita nanti. Itulah yang disebut menanamkan AKAR sebelum menumbuhkan DAHAN...
And faith to take chances, to live like I see a place in this world for
me...
Bekerja di perusahaan orang adalah salah satu mewujudkan impian orang lain. |
Setelah tahu apa yang kita
inginkan dan jati diri kita, maka selanjutnya adalah melakukan apapun agar
tujuan itu tercapai. Meski terlambat, saat ini saya sudah menentukan cita-cita
saya sebagai culinarypreneur. Cita-cita awal saya adalah menjadi professional
chef belajar molecular gastronomy dan punya restaurant berbintang atau premium
pastry shop, karena keadaan yang membuat saya tidak bisa belajar culinary art
(akibat ditolak semua aplikasi beasiswa saya...hahaha) maka saya tetapkan saya
akan tetap berkarya di bidang ini dan suatu hari “Saya akan menjadi salah satu
culinary icon Indonesia” aiiiih.....kayak William Wongso dong...(bahkan host
masak sepopuler Nigella Lawson pun bukan seorang chef, kenapa saya gak bisa
jadi culinary icon??)
Faith to take
chances...keberanian mengambil peluang-peluang itu yang akan membuat kita
belajar dan maju. Yaaaa.........meski seringkali kenekatan saya untuk ngambil job-job besar sering berakibat
diomelin mbah ti dan ibuk tapiii yaa itulah kesempatan...kalo mau main aman ya
kita nggak akan berkembang...untungnya para staf setia AFEX dan masjo Fahmi
selalu mendukung saya untuk nyari job-job besar yang high risk...(makasih mbak
ning, makasih mas pin)
Kita harus punya ketekunan dan
keyakinan untuk mengambil peluang agar suatu hari kita bisa hidup dalam impian
kita (to live like i see, a place in this world for me)
Overall...sebagai calon
bapak/ibu, mama/papa, ayah/bunda, abi/umi...hahaha...sudah saatnya kita
berubah, kalau dulu kita dididik dengan pola “sekolah biar bisa kerja” saat ini
mungkin sudah waktunya kita mendidik anak-anak kita untuk menemukan jati
dirinya...entah dia ingin menjadi karyawan atau pengusaha, yang penting nanti
dia hidup dengan cara yang dia inginkan, bukan dengan cara yang kita
inginkan...
Bukan orang tua yang memilih anak
ini harus sekolah ini, ambil studi ini, kerja disini, di kota ini, di
perusahaan ini yang gini gitu begini begono...nanti jadinya kayak si trimbil,
lulusan S1 akuntansi yang galau akhirnya nyemplung di dunia F&B...
Tugas kita sebagai calon orang
tua/orang tua di masa depan untuk membekali anak-anak kita dengan iman dan
ilmu, mengajarkan mereka hal-hal baik dalam kehidupan...tapi biarkan mereka
memilih mau menjadi apa mereka nanti...dan kita akan mengarahkan agar mereka
bisa menjadi apa yang mereka cita-citakan #belajar jadi ortu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Polite comment and critic only