Senin, 07 Januari 2013

Fenomena Show Off dan Sosmed


FENOMENA SHOW OFF dan SOSMED

Entahlah...hidup jaman sekarang sepertinya disetting sedemikian rupa sehingga setiap orang punya tolok ukur agar eksistensinya diakui, baik di dunia maya atau nyata. Tulisan ini hanyalah opini, tanpa bermaksud untuk menyindir dan mengkritik...tulisan ini hanya hasil dari pengamatan saya semata tentang sebuah fenomena yang akhir-akhir ini sering terjadi di media sosial...

Beberapa jam yang lalu, saya menulis status di sebuah akun social networking bahwa saat ini sering kali seseorang update status tentang dimana dia dan apa yang dia lakukan saat itu. Kebanyakan mereka akan membuat status ketika mereka di suatu tempat istimewa, misalnya di sebuah kota di luar negeri, sedang makan di restoran berkelas, sedang mengunjungi sebuah kedai kopi high class dan sebagainya...

Kadang geli juga membaca status b****b***y demikian, karena fenomenanya adalah, jarang sekali yang menulis status bahwa dia sedang di pasar tradisional yang lekat dengan image becek, kotor, kumuh, atau bercerita tentang kegiatan “check in” di sawah, kampung atau warteg...ahahaha... “si A checked in @bandara Incheon”, “si B checked in @Starbucks Mall A, dengan status : ngopi dulu aah..” si C checked in @hotel ritz carlton, dengan status : meeting sama klien”

Tidak dapat dipungkiri, media sosial adalah salah satu cara kita untuk melakukan branding. Jika tidak melakukan branding bisnis, maka yang bisa dilakukan adalah melakukan branding diri sendiri. Mari kita pisahkan antara ranah branding bisnis dan branding diri sendiri...

Branding dalam bisnis adalah salah satu cara sebuah perusahaan untuk membentuk image di mata masyarakat agar masyarakat memiliki kedekatan personal dengan merek tersebut. Begitu pula fenomena di media sosial, seseorang, bahkan mungkin saya sendiri, seringkali melakukan self-branding untuk menunjukkan siapa saya, karakter saya, apa yang membuat saya unik...nah, seringkali seseorang akan membangun image dari kacamata orang lain.

Menurut saya saat ini, masyarakat menciptakan sebuah standardisasi bahwa kesuksesan seseorang itu ditandai dengan satu, dia punya uang. Dua, dia punya jabatan penting/karir yang bagus di sebuah instansi/perusahaan. Tiga, dia bisa melakukan apa yang belum/tidak bisa dilakukan orang lain yah semisal pergi ke restaurant mewah, ke luar negeri, jalan-jalan ke suatu tempat, nongkrong di cafe. Di situlah muncul branding dan differentiation. Ya, manusia memang haus akan pengakuan, haus akan pujian...disitulah akhirnya gampang sekali individualime dan hedonisme mempengaruhi kita untuk menciptakan image dari kacamata orang lain. Padahal terbebani oleh standar umum kesuksesan itu nggak enak lho...bikin standar kesuksesan sendiri aja lebih asyik...

Bolehlah sesekali kita sharing dengan orang lain, misal kita pergi ke Perancis terus foto di depan menara eiffel habis itu kita upload foto itu di FB...okelah. Terus terang, beberapa friends di salah satu akun sosial networking saya sering kali update status, gonta ganti, terutama ketika dia sedang ada di luar negeri...entahlah apakah niatnya adalah show off, atau memang sedang pengen update status...yang jelas saya geli membacanya...karena...lucu aja...terkesan bahwa ketika kita sudah tahu suatu tempat adalah suatu kehebatan tersendiri...radak norak jadinya.

(dan saya tidak peduli jika ada yang bilang saya menulis seperti ini karena saya iri...ahahaha...pernah atau tidaknya saya keluar negeri, terserah saya dong mau cerita atau nggak...wkwkwk)

Kedua, fenomena menggelikan berikutnya adalah pamer barang. Nah, pernah beberapa kali saya membaca status begini :

“Hmm...enaknya beli Samsung Galaxy Tab atau Ipad 3 ya?”
“Habis gajian langsung dibelikan tablet PC alamat puasa sebulan”
Dalam benak saya hanya terbersit satu hal, “Pentingkah sharing kepemilikan benda di status FB?”

Jika saya mungkin pernah melakukannya, artinya saya juga pernah ikutan fenomena nggak penting di dunia socmed. Ahahaha....

Dulu saat belum banyak orang pake b****b***y, pasti siapa aja yang update status dan dibawahnya ada tulisannya dan gambar logo b****b***y bangga...bangga karena yang lain masih update status via internet kantor yang gratisan itu, sedang mereka udah petentang petenteng dengan b****b***y...Inilah fenomena riya yang saya maksud. Saat ini serasa dunia diciptakan untuk membentuk manusia-manusianya menjadi mengagungkan benda untuk menciptakan prestis.

Fenomena ketiga...sebenarnya ini adalah fenomena yang cukup menggelikan yang sering dilakukan para wanita. Ada kemungkinan saya juga pernah melakukannya...

Seringkali, saya melihat, teman-teman saya yang baru menikah dan baru saja merasakan indahnya punya suami/istri. Sering menulis status seperti ini :

“Dinner bareng hubby tercinta, si A” ; “Makasih ya Papa si B, Mama suka banget hadiahnya, si dedek juga suka” (ini biasanya kalo si cewek lagi hamil...wkwkwk) ; “you are really the best husband in the whole world, colek sayangku si C”

Ahahaha...kadang senang juga melihat kebahagiaan orang lain...tapi sesuatu yang dikonsumsi berulang-ulang akhirnya juga jadi MBLENEK...ahahaha...pada akhirnya si pembaca status MUNGKIN akan berpikir seperti ini dalam bahasa saya “iyo yo duwe bojo, bolak balik ngetag ngetag jeneng bojone”. Tapi sayapun berharap, 5-7 tahun lagi nggak akan ada temen saya nulis status “Hei suamiku, akhirnya lu gue end!!! Mana janji-janji manismu saat pacaran dulu?? Apa habis manis sepah dibuang begitu aja”...jangan sampai ya...

Akhir kata, secara keseluruhan tulisan ini hanya tulisan ringan saya. Tidak bermaksud menyindir siapapun...saya bukan pengamat sosial bukan pengkaji atau peneliti. Saya cuma seseorang yang tertarik mengamati sesuatu yang menurut saya unik.

Overall...ada satu hal yang saya sukai dari sosial media saat ini...temen-temen saya pada mengupload foto-foto anaknya...dan sering juga bercerita di status tentang anak-anak mereka...saya yang baca juga jadi seneng, fotonya lucu-lucu...dan saya rasa sharing tentang perkembangan buah hati temen-temen lebih baik daripada sekedar pamer travelling destination dan gadget...

Salam manis

Astri AFEX

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Polite comment and critic only