FENOMENA SHOW OFF dan
SOSMED
Entahlah...hidup
jaman sekarang sepertinya disetting sedemikian rupa sehingga setiap orang punya
tolok ukur agar eksistensinya diakui, baik di dunia maya atau nyata. Tulisan
ini hanyalah opini, tanpa bermaksud untuk menyindir dan mengkritik...tulisan
ini hanya hasil dari pengamatan saya semata tentang sebuah fenomena yang
akhir-akhir ini sering terjadi di media sosial...
Beberapa
jam yang lalu, saya menulis status di sebuah akun social networking bahwa saat
ini sering kali seseorang update status tentang dimana dia dan apa yang dia
lakukan saat itu. Kebanyakan mereka akan membuat status ketika mereka di suatu
tempat istimewa, misalnya di sebuah kota di luar negeri, sedang makan di
restoran berkelas, sedang mengunjungi sebuah kedai kopi high class dan
sebagainya...
Kadang
geli juga membaca status b****b***y demikian, karena fenomenanya adalah,
jarang sekali yang menulis status bahwa dia sedang di pasar tradisional yang
lekat dengan image becek, kotor, kumuh, atau bercerita tentang kegiatan “check
in” di sawah, kampung atau warteg...ahahaha... “si A checked in @bandara
Incheon”, “si B checked in @Starbucks Mall A, dengan status : ngopi dulu aah..”
si C checked in @hotel ritz carlton, dengan status : meeting sama klien”
Tidak
dapat dipungkiri, media sosial adalah salah satu cara kita untuk melakukan
branding. Jika tidak melakukan branding bisnis, maka yang bisa dilakukan adalah
melakukan branding diri sendiri. Mari kita pisahkan antara ranah branding
bisnis dan branding diri sendiri...
Branding
dalam bisnis adalah salah satu cara sebuah perusahaan untuk membentuk image di
mata masyarakat agar masyarakat memiliki kedekatan personal dengan merek
tersebut. Begitu pula fenomena di media sosial, seseorang, bahkan mungkin saya
sendiri, seringkali melakukan self-branding untuk menunjukkan siapa saya,
karakter saya, apa yang membuat saya unik...nah, seringkali seseorang akan
membangun image dari kacamata orang lain.
Menurut
saya saat ini, masyarakat menciptakan sebuah standardisasi bahwa kesuksesan
seseorang itu ditandai dengan satu, dia punya uang. Dua, dia punya jabatan
penting/karir yang bagus di sebuah instansi/perusahaan. Tiga, dia bisa
melakukan apa yang belum/tidak bisa dilakukan orang lain yah semisal pergi ke
restaurant mewah, ke luar negeri, jalan-jalan ke suatu tempat, nongkrong di
cafe. Di situlah muncul branding dan differentiation. Ya, manusia memang haus
akan pengakuan, haus akan pujian...disitulah akhirnya gampang sekali
individualime dan hedonisme mempengaruhi kita untuk menciptakan image dari
kacamata orang lain. Padahal terbebani oleh standar umum kesuksesan itu nggak
enak lho...bikin standar kesuksesan sendiri aja lebih asyik...
Bolehlah
sesekali kita sharing dengan orang lain, misal kita pergi ke Perancis terus
foto di depan menara eiffel habis itu kita upload foto itu di FB...okelah.
Terus terang, beberapa friends di salah satu akun sosial networking saya sering
kali update status, gonta ganti, terutama ketika dia sedang ada di luar
negeri...entahlah apakah niatnya adalah show off, atau memang sedang pengen
update status...yang jelas saya geli membacanya...karena...lucu aja...terkesan
bahwa ketika kita sudah tahu suatu tempat adalah suatu kehebatan
tersendiri...radak norak jadinya.
(dan
saya tidak peduli jika ada yang bilang saya menulis seperti ini karena saya
iri...ahahaha...pernah atau tidaknya saya keluar negeri, terserah saya dong mau
cerita atau nggak...wkwkwk)
Kedua,
fenomena menggelikan berikutnya adalah pamer barang. Nah, pernah beberapa kali
saya membaca status begini :
“Hmm...enaknya
beli Samsung Galaxy Tab atau Ipad 3 ya?”
“Habis
gajian langsung dibelikan tablet PC alamat puasa sebulan”
Dalam
benak saya hanya terbersit satu hal, “Pentingkah sharing kepemilikan benda di
status FB?”
Jika
saya mungkin pernah melakukannya, artinya saya juga pernah ikutan fenomena
nggak penting di dunia socmed. Ahahaha....
Dulu
saat belum banyak orang pake b****b***y, pasti siapa aja yang update status dan
dibawahnya ada tulisannya dan gambar logo b****b***y bangga...bangga karena
yang lain masih update status via internet kantor yang gratisan itu, sedang
mereka udah petentang petenteng dengan b****b***y...Inilah fenomena riya yang
saya maksud. Saat ini serasa dunia diciptakan untuk membentuk
manusia-manusianya menjadi mengagungkan benda untuk menciptakan prestis.
Fenomena
ketiga...sebenarnya ini adalah fenomena yang cukup menggelikan yang sering
dilakukan para wanita. Ada kemungkinan saya juga pernah melakukannya...
Seringkali,
saya melihat, teman-teman saya yang baru menikah dan baru saja merasakan
indahnya punya suami/istri. Sering menulis status seperti ini :
“Dinner
bareng hubby tercinta, si A” ; “Makasih ya Papa si B, Mama suka banget
hadiahnya, si dedek juga suka” (ini biasanya kalo si cewek lagi hamil...wkwkwk)
; “you are really the best husband in the whole world, colek sayangku si C”
Ahahaha...kadang
senang juga melihat kebahagiaan orang lain...tapi sesuatu yang dikonsumsi
berulang-ulang akhirnya juga jadi MBLENEK...ahahaha...pada akhirnya si pembaca
status MUNGKIN akan berpikir seperti ini dalam bahasa saya “iyo yo duwe bojo,
bolak balik ngetag ngetag jeneng bojone”. Tapi sayapun berharap, 5-7 tahun lagi
nggak akan ada temen saya nulis status “Hei suamiku, akhirnya lu gue end!!!
Mana janji-janji manismu saat pacaran dulu?? Apa habis manis sepah dibuang
begitu aja”...jangan sampai ya...
Akhir
kata, secara keseluruhan tulisan ini hanya tulisan ringan saya. Tidak bermaksud
menyindir siapapun...saya bukan pengamat sosial bukan pengkaji atau peneliti.
Saya cuma seseorang yang tertarik mengamati sesuatu yang menurut saya unik.
Overall...ada
satu hal yang saya sukai dari sosial media saat ini...temen-temen saya pada
mengupload foto-foto anaknya...dan sering juga bercerita di status tentang
anak-anak mereka...saya yang baca juga jadi seneng, fotonya lucu-lucu...dan
saya rasa sharing tentang perkembangan buah hati temen-temen lebih baik
daripada sekedar pamer travelling destination dan gadget...
Salam
manis
Astri
AFEX