Ada satu dunia, satu cerita, satu
waktu, dan satu simfoni...masing-masing memiliki gravitasi yang menarikku
dengan satu perasaan yang sama...
Aku selalu membayangkan,
bagaimana jika dunia ini sepi...kami tak mengenal warna, kami tak mendengar
nada, dan kami tak bersua dengan cinta...
Manusia dengan relativismenya
sendiri akan menggambarkan sebuah makna, dimana perasaan bahagia itu bisa
dirasa ketika kami kehilangan hak untuk menemukannya?
Kami memasung hati dalam perasaan
yang menyakitkan, padahal membiarkan sebuah rasa tidak menyenangkan merasuk di
tubuh adalah cara yang cepat untuk melepas. Lalu kubiarkan rasa sakit itu
menjalar bersahabat dengan sel-sel tubuh dan mengalir bersama darah. Penyembuh
lara hanyalah perpisahan dan waktu...
Satu simfoni selalu diawali
dengan melodi yang indah, kami menyadari bahwa hukum awalan akhiran tidak bisa
ditawar, sehingga bait not terakhir sebagai penyelesaian selalu menjadi bagian
yang tidak dinanti...
Kemudian aku memutuskan...Kali
ini aku tidak akan mencari penyempurnaan, aku tak akan menuliskan nada dalam
sebuah aransemen lagu, biar lagu yang menuliskan iramanya untukku. Kutulikan
telingaku hingga aku tak berusaha untuk membunyikannya dalam heningku...
Biarlah simfoni no. 5 menjadi sebuah
awalan, tapi akan kubuat nada-nadanya menjadi sebuah musik yang selalu
berbunyi...tanpa sebuah akhiran...
-Untuk simfoni no. 5, Muhammad
Fahmi-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Polite comment and critic only