Apakah esensi sebuah keberadaan?
Akankah keadaan atau ketiadaanmu memberikan sebuah jaminan. Hari itu telah
terhitung dalam kata puluhan tahun, kita menua tanpa saling melihat, kita
bersama dalam keterikatan saling membutuhkan tanpa makna untuk menggali sebuah
perasaan yang lebih mendalam.
Kadang aku merasa, sejatinya
keberadaanku hanyalah sebatas sebuah masa lalu yang esoknya kau abaikan. Sebuah
raga yang kekosongannya tak pernah kau isi, sehingga hari demi hari perasaan
itu makin surut. Tahukah kau menyayangi itu ibarat proses pengisian satu gelas
perasaan, jika kau biarkan gelas itu duduk manis di permukaan meja, maka airnya
akan menguap dan lama-lama habis, kosong.
Aku selalu berdoa, bercerita pada
Tuhan, suatu saat aku ingin kembali menemukanmu. Tapi aku ingin sang waktu
memutarbalikkan dirimu menjadi kau di masa lalu, bukan dirimu yang
diputarbalikkan olehnya. Aku bertanya padaNya, mengapa jarak telah merubah
perasaan, dan kenapa waktu semena-mena menghilangkan kasihnya, sehingga
kubiarkan diriku yang berusaha memulai semuanya dari nol.
Aku yang akan mengisi gelas
perasaanmu hari demi hari. Namun, baru saat ini aku sadar jika semakin kau
mencintai seseorang, maka semakin mudah kau menggores hatinya. Padahal teori
sempurna cinta adalah penerimaan tanpa syarat yang ujiannya disebut dengan
memaafkan tanpa kata tapi.
Batinku selalu meminta kau
nafkahi dengan perhatianmu, puluhan tahun perasaan itu telah menjadi hambar
sehingga rasa kehilangan menjadi mati rasa. Ada atau ketiadaan raga kita
masing-masing tidaklah penting. Tanpaku kau tetap melihat pelangi, ada tidaknya
aku yang kau pikirkan hanyalah sukamu. Sepertinya ego telah membujukmu
perlahan untuk menempatkan kekuasaanmu diatas semuanya.
Kau tak pernah tahu kapan aku
menangis, bertanyalah pada bantal, guling, dan selimut tempatku meringkuk
bersembunyi. Aku menghabiskan perasaan sakit itu sepanjang malam, kemudian
setelah lelap menjemputku ke sebuah tanah di dunia mimpi, aku berharap esok
akan menyembuhkan luka. Dimana dirimu saat aku menanti perlindungan dari segala
kekhawatiran. Hujan dan petir di malam hari pasti tahu, bagaimana aku yang
mengiba pada mereka agar segera berhenti, karena aku sendirian ketakutan.
Ribuan hari aku menunggu saat aku
bisa memilikimu sehingga aku bisa belajar mencintaimu kembali, tapi sepertinya
kau hanya menghendaki aku menghilang lesap dalam kejauhan yang tak kau abaikan.
Bagaimanakah kau mendefinisikan
bahagiaku? dengan menggelontori nafsuku bersama semua materi yang kau punya? Kekayaanmu
membuatku memandang sebelah mata, bagaimana bisa kau hargai perasaan sayangku
seharga nominal materi yang kau beri? kemudian di masa depan kau tagih perasaan
itu atas nama balas budi. Kau bisa memiliki semua yang kau mau, karena jika kau
tau, rasa sayang itu hanyalah sebuah kualitas. Kau tak akan bisa menemukannya
jika kau menilai dengan logikamu yang begitu matematis.
Sesekali aku ingin berteriak
padamu, hanya sekali mungkin untuk terakhir kalinya, aku ingin menutup semua
kalimat tentang perasaan yang tak pernah terselesaikan. Biarkan aku pergi melepas
semua kekecewaan yang terakumulasi hingga ketika perasaan sakit itu telah
meledak dalam batin ini, kau tahu bagaimana rasanya kehilangan.
Kemudian aku akan berlari,
mencari satu pelukan dimana bersemayam kasih yang tak pernah kudapat...
Darimu...
aq nangis bacanya...
BalasHapussabar ya my lovely sister.... Allah always with u
mengutip satu kalimat dari pilem "di bawah naungan ka'bah" --> di saat kau sendiri dan tak ada siapapun, ingatlah kau punya Allah.. dan itu lebih dari cukup.