Selasa, 24 April 2012

Pergi


Apakah esensi sebuah keberadaan? Akankah keadaan atau ketiadaanmu memberikan sebuah jaminan. Hari itu telah terhitung dalam kata puluhan tahun, kita menua tanpa saling melihat, kita bersama dalam keterikatan saling membutuhkan tanpa makna untuk menggali sebuah perasaan yang lebih mendalam. 

Kadang aku merasa, sejatinya keberadaanku hanyalah sebatas sebuah masa lalu yang esoknya kau abaikan. Sebuah raga yang kekosongannya tak pernah kau isi, sehingga hari demi hari perasaan itu makin surut. Tahukah kau menyayangi itu ibarat proses pengisian satu gelas perasaan, jika kau biarkan gelas itu duduk manis di permukaan meja, maka airnya akan menguap dan lama-lama habis, kosong.

Aku selalu berdoa, bercerita pada Tuhan, suatu saat aku ingin kembali menemukanmu. Tapi aku ingin sang waktu memutarbalikkan dirimu menjadi kau di masa lalu, bukan dirimu yang diputarbalikkan olehnya. Aku bertanya padaNya, mengapa jarak telah merubah perasaan, dan kenapa waktu semena-mena menghilangkan kasihnya, sehingga kubiarkan diriku yang berusaha memulai semuanya dari nol. 

Aku yang akan mengisi gelas perasaanmu hari demi hari. Namun, baru saat ini aku sadar jika semakin kau mencintai seseorang, maka semakin mudah kau menggores hatinya. Padahal teori sempurna cinta adalah penerimaan tanpa syarat yang ujiannya disebut dengan memaafkan tanpa kata tapi.

Batinku selalu meminta kau nafkahi dengan perhatianmu, puluhan tahun perasaan itu telah menjadi hambar sehingga rasa kehilangan menjadi mati rasa. Ada atau ketiadaan raga kita masing-masing tidaklah penting. Tanpaku kau tetap melihat pelangi, ada tidaknya aku yang kau pikirkan hanyalah sukamu. Sepertinya ego telah membujukmu perlahan untuk menempatkan kekuasaanmu diatas semuanya. 

Kau tak pernah tahu kapan aku menangis, bertanyalah pada bantal, guling, dan selimut tempatku meringkuk bersembunyi. Aku menghabiskan perasaan sakit itu sepanjang malam, kemudian setelah lelap menjemputku ke sebuah tanah di dunia mimpi, aku berharap esok akan menyembuhkan luka. Dimana dirimu saat aku menanti perlindungan dari segala kekhawatiran. Hujan dan petir di malam hari pasti tahu, bagaimana aku yang mengiba pada mereka agar segera berhenti, karena aku sendirian ketakutan. 

Ribuan hari aku menunggu saat aku bisa memilikimu sehingga aku bisa belajar mencintaimu kembali, tapi sepertinya kau hanya menghendaki aku menghilang lesap dalam kejauhan yang tak kau abaikan.

Bagaimanakah kau mendefinisikan bahagiaku? dengan menggelontori nafsuku bersama semua materi yang kau punya? Kekayaanmu membuatku memandang sebelah mata, bagaimana bisa kau hargai perasaan sayangku seharga nominal materi yang kau beri? kemudian di masa depan kau tagih perasaan itu atas nama balas budi. Kau bisa memiliki semua yang kau mau, karena jika kau tau, rasa sayang itu hanyalah sebuah kualitas. Kau tak akan bisa menemukannya jika kau menilai dengan logikamu yang begitu matematis.

Sesekali aku ingin berteriak padamu, hanya sekali mungkin untuk terakhir kalinya, aku ingin menutup semua kalimat tentang perasaan yang tak pernah terselesaikan. Biarkan aku pergi melepas semua kekecewaan yang terakumulasi hingga ketika perasaan sakit itu telah meledak dalam batin ini, kau tahu bagaimana rasanya kehilangan. 

Kemudian aku akan berlari, mencari satu pelukan dimana bersemayam kasih yang tak pernah kudapat...

Darimu...

1 komentar:

  1. aq nangis bacanya...
    sabar ya my lovely sister.... Allah always with u
    mengutip satu kalimat dari pilem "di bawah naungan ka'bah" --> di saat kau sendiri dan tak ada siapapun, ingatlah kau punya Allah.. dan itu lebih dari cukup.

    BalasHapus

Polite comment and critic only