Jumat, 22 Maret 2013

Mbely & Fami's Story #2 : Gang Dolly Experience



Gang Dolly Experience : First time crossing “The Biggest 

Prostitution in South East Asia”


Kos-kosan kami letaknya di daerah Dukuh Pakis, dimana daerah ini berdekatan dengan lokasi prostitusi terkenal di kota Surabaya, Gang Dolly. Hmm...deket sekali sih nggak juga, kira-kira 15 menitan dari kosan kami lah kalau jalan nggak macet. 

Siapa sangka niat untuk berburu alat rumah tangga membawa saya ke sebuah pengalaman beberapa detik yang membuat saya merinding. 

Sumber : Internet


Fahmi dan saya berniat membeli alat rumah tangga ke daerah pasar kembang selepas makan malam, kami berangkat menyusuri jalanan ke arah Pasar Kembang dan tidak menemukan satupun toko yang menjual barang yang kami cari (malah di daerah situ banyak penjual kondom emperan #tepokjidat). Akhirnya kami putar balik mau menuju Carrefour daerah Dukuh Kupang. Tiba-tiba Fahmi yang harusnya jalan lurus aja (balik ke jalan awal kami berangkat tadi) belok ke kiri di sebuah gang sempit yang kira-kira bisa dimasuki motor atau 1 buah mobil lah paling tidak.

Saya protes ke Fahmi karena kebiasaan isengnya mengambil shortcut sering bikin kita kesasar gak karu-karuan. Fahmi dengan tenangnya bilang “Nih tak tunjukin yang namanya Gang Dolly” dan akhirnya saya cuma bisa diam waktu motor kami mulai masuk ke gang itu. Ada perasaan takut, deg-degan, dan penasaran juga, karena itu adalah pengalaman paling pertama saya masuk daerah lokalisasi yang selama ini hanya saya dengar dari candaan temen-temen saya.

Menurut Wikipedia, konon tempat lokalisasi ini telah berdiri sejak jaman Belanda. Kenapa diberi nama Gang Dolly? Karena bisnis ini dulu dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda bernama Tante Dolly van der mart.

Gang Dolly yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Surabaya adalah pusat prostitusi terbesar di Asia Tenggara mengalahkan Patpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura. WOW!! Bahkan menurut beberapa sumber, turis mancanegara lebih mengenal DOLLY dibandingkan Surabayanya sendiri...

Atmosfir yang asing serasa menggelitik kulit saya hingga bulu kuduk saya merinding...bagaimana nggak? Sepanjang jalan banyak para germo dan tukang pukul (kata mbah ti) yang nongkrong di depan “Toko” untuk mencari calon pelanggan yaitu pria hidung belang untuk memilik produk dagangan yang dipajang di etalase kaca yaitu para PSK. Astaghfirullahaladziiim....

Etalase itu menyerupai aquarium dimana ada sofa-sofa dan disitu ada wanita-wanita berpakaian seksi sedang duduk jigang (apa bahasa Indonesianya jigang?). Dari kejauhan keliahatan kulitnya putih-putiih, seronok dan seksi, entah mereka cantik atau nggak, tapi mata saya yang rabun jauh ini menangkap gambaran bahwa mereka dandannya menor...

Ya Allah...saya suruh si Fahmi ngebut, rasanya pengen cepet-cepet keluar dari gang itu, ditambah lagi bau-bauan aneh kayak menyan atau apalah yang menusuk di hidung...tapi rasa penasaran saya juga rasanya masih meledak-ledak. Timbul banyak pertanyaan dalam benak saya saat itu. Cuma satu hal yang paling menggelitik hati saya adalah :

Sebagai seseorang yang sudah menikah (alhamdulilah), saya berpikir bahwa seks hanya akan diberikan pada SATU orang dan dilandasi atas perasaan cinta dan kasih sayang. 

Akal saya sepertinya tidak bisa memahami jika seandainya diri saya sendiri harus melakukan seks dengan banyak laki-laki, baru kenal, nggak tahu asalnya dari mana, dan terutama melakukan seks tanpa cinta dan kasih sayang. Kemudian dibayar atas jasa memuaskan nafsu laki-laki. 

Sebuah sumber mengatakan, tarif seorang wanita malam untuk sekali cek in adalah berkisar 100-150 ribu. Saat high season, seorang PSK bisa melayani 15 laki-laki semalam sedang pada saat normal antara 7-10 laki-laki. Berarti saat high season seorang PSK bisa meraup Rp 2.250.000 semalam yang nantinya pasti akan dibagi antara PSK dan sang makelar. 

Kalau jam kerja lokalisasi adalah (anggap saja menurut saya) pukul 7 malam – 2 pagi berarti 7 jam kerja atau 420 menit. Berarti saat high season, seorang PSK akan melayani seorang laki-laki untuk jasa seks selama 28 menit. 28 menit = Rp 150.000...Amazing. Quick Sex, Fast Money...

Saat menyusuri gang itu akal dan hati saya rasanya berargumen dan berdebat...sebuah perdebatan yang tidak bisa saya temukan dimana titik pembenarannya...kemudian saya ingat, dulu saya pernah membaca buku “AGAMA PELACUR : sebuah dramaturgi transendental” yang belum saya baca sampai habis. Dimana beberapa inti yang masih saya ingat adalah sebenarnya para PSK tersebut tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah, mereka mempercayai eksistensi Tuhan itu ada beserta surga dan neraka yang diciptakanNya untuk kehidupan abadi manusia di hari akhir nanti. Hanya saja, mereka pun terjebak antara kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari cara yang salah (melacur) dan keinginan untuk kembali pada jalan yang benar (bertaqwa pada Tuhan YME).

Entah berapa lama lagi bisnis prostitusi ini akan ada di dunia ini, yang jelas, saya percaya setiap manusia memiliki cerminan Tuhan yang terletak di hatinya...selama dia selalu bercermin pada Tuhan, dia akan mengikuti kata hatinya yang berasal dari bisikan Tuhan...

Secara sederhana adalah keyakinan saya, Tuhan tidak akan membiarkan manusia yang senantiasa berusaha mencari rejeki dengan cara yang halal. Dia akan selalu memberi kita rejeki, rejeki yang barokah. Dalam situasi tersulit apapun, Allah nggak akan membiarkan kita nggak bisa makan...bahkan Allah mampu memberi rejeki semut-semut agar mereka tetap hidup. Kenapa manusia harus takut kehabisan rejeki? (kata Fahmi)

Sejahat-jahatnya manusia, semenyimpang-menyimpangnya manusia, pasti cerminan Tuhan dalam dirinya selalu ada...tinggal mana yang dia pilih.

Fahmi pernah berpesan pada saya bahwa kebanyakan orang yang sukses itu adalah mereka yang selalu mendengarkan bisikan Tuhan dalam hatinya...

Semoga mereka, di daerah prostitusi manapun, segera menemukan bisikan Tuhannya dan kembali ke cara yang benar dalam mencari rejeki. Amin...

(Menurut sumber di Internet, lokalisasi gang Dolly mampu meraup penghasilan perbulan sebesar 34 milyar)

1 komentar:

  1. ngeri ya ast..
    semogaaa suami anak cucu kita nanti dijauhkan dari hal kayak gitu...
    *omongannye udah anak cucu ajee...hahaha*

    BalasHapus

Polite comment and critic only