Gang
Dolly Experience : First time crossing “The Biggest
Prostitution in South East
Asia”
Kos-kosan
kami letaknya di daerah Dukuh Pakis, dimana daerah ini berdekatan dengan lokasi
prostitusi terkenal di kota Surabaya, Gang Dolly. Hmm...deket sekali sih nggak
juga, kira-kira 15 menitan dari kosan kami lah kalau jalan nggak macet.
Siapa
sangka niat untuk berburu alat rumah tangga membawa saya ke sebuah pengalaman
beberapa detik yang membuat saya merinding.
Sumber : Internet |
Fahmi
dan saya berniat membeli alat rumah tangga ke daerah pasar kembang selepas
makan malam, kami berangkat menyusuri jalanan ke arah Pasar Kembang dan tidak
menemukan satupun toko yang menjual barang yang kami cari (malah di daerah situ
banyak penjual kondom emperan #tepokjidat). Akhirnya kami putar balik mau menuju
Carrefour daerah Dukuh Kupang. Tiba-tiba Fahmi yang harusnya jalan lurus aja
(balik ke jalan awal kami berangkat tadi) belok ke kiri di sebuah gang sempit
yang kira-kira bisa dimasuki motor atau 1 buah mobil lah paling tidak.
Saya
protes ke Fahmi karena kebiasaan isengnya mengambil shortcut sering bikin kita
kesasar gak karu-karuan. Fahmi dengan tenangnya bilang “Nih tak tunjukin yang
namanya Gang Dolly” dan akhirnya saya cuma bisa diam waktu motor kami mulai
masuk ke gang itu. Ada perasaan takut, deg-degan, dan penasaran juga, karena
itu adalah pengalaman paling pertama saya masuk daerah lokalisasi yang selama
ini hanya saya dengar dari candaan temen-temen saya.
Menurut
Wikipedia, konon tempat lokalisasi ini telah berdiri sejak jaman Belanda.
Kenapa diberi nama Gang Dolly? Karena bisnis ini dulu dikelola oleh seorang
perempuan keturunan Belanda bernama Tante Dolly van der mart.
Gang
Dolly yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Surabaya adalah pusat
prostitusi terbesar di Asia Tenggara mengalahkan Patpong di Bangkok, Thailand
dan Geylang di Singapura. WOW!! Bahkan menurut beberapa sumber, turis
mancanegara lebih mengenal DOLLY dibandingkan Surabayanya sendiri...
Atmosfir
yang asing serasa menggelitik kulit saya hingga bulu kuduk saya
merinding...bagaimana nggak? Sepanjang jalan banyak para germo dan tukang pukul
(kata mbah ti) yang nongkrong di depan “Toko” untuk mencari calon pelanggan
yaitu pria hidung belang untuk memilik produk dagangan yang dipajang di etalase
kaca yaitu para PSK. Astaghfirullahaladziiim....
Etalase
itu menyerupai aquarium dimana ada sofa-sofa dan disitu ada wanita-wanita
berpakaian seksi sedang duduk jigang (apa bahasa Indonesianya jigang?). Dari
kejauhan keliahatan kulitnya putih-putiih, seronok dan seksi, entah mereka
cantik atau nggak, tapi mata saya yang rabun jauh ini menangkap gambaran bahwa
mereka dandannya menor...
Ya
Allah...saya suruh si Fahmi ngebut, rasanya pengen cepet-cepet keluar dari gang
itu, ditambah lagi bau-bauan aneh kayak menyan atau apalah yang menusuk di
hidung...tapi rasa penasaran saya juga rasanya masih meledak-ledak. Timbul
banyak pertanyaan dalam benak saya saat itu. Cuma satu hal yang paling
menggelitik hati saya adalah :
Sebagai
seseorang yang sudah menikah (alhamdulilah), saya berpikir bahwa seks hanya
akan diberikan pada SATU orang dan dilandasi atas perasaan cinta dan kasih
sayang.
Akal
saya sepertinya tidak bisa memahami jika seandainya diri saya sendiri harus
melakukan seks dengan banyak laki-laki, baru kenal, nggak tahu asalnya dari
mana, dan terutama melakukan seks tanpa cinta dan kasih sayang. Kemudian
dibayar atas jasa memuaskan nafsu laki-laki.
Sebuah
sumber mengatakan, tarif seorang wanita malam untuk sekali cek in adalah
berkisar 100-150 ribu. Saat high season, seorang PSK bisa melayani 15 laki-laki
semalam sedang pada saat normal antara 7-10 laki-laki. Berarti saat high season
seorang PSK bisa meraup Rp 2.250.000 semalam yang nantinya pasti akan dibagi
antara PSK dan sang makelar.
Kalau
jam kerja lokalisasi adalah (anggap saja menurut saya) pukul 7 malam – 2 pagi
berarti 7 jam kerja atau 420 menit. Berarti saat high season, seorang PSK akan
melayani seorang laki-laki untuk jasa seks selama 28 menit. 28 menit = Rp
150.000...Amazing. Quick Sex, Fast Money...
Saat
menyusuri gang itu akal dan hati saya rasanya berargumen dan berdebat...sebuah
perdebatan yang tidak bisa saya temukan dimana titik pembenarannya...kemudian
saya ingat, dulu saya pernah membaca buku “AGAMA PELACUR : sebuah dramaturgi
transendental” yang belum saya baca sampai habis. Dimana beberapa inti yang
masih saya ingat adalah sebenarnya para PSK tersebut tahu bahwa apa yang mereka
lakukan adalah salah, mereka mempercayai eksistensi Tuhan itu ada beserta surga
dan neraka yang diciptakanNya untuk kehidupan abadi manusia di hari akhir
nanti. Hanya saja, mereka pun terjebak antara kebutuhan untuk mempertahankan hidup
dari cara yang salah (melacur) dan keinginan untuk kembali pada jalan yang
benar (bertaqwa pada Tuhan YME).
Entah
berapa lama lagi bisnis prostitusi ini akan ada di dunia ini, yang jelas, saya
percaya setiap manusia memiliki cerminan Tuhan yang terletak di
hatinya...selama dia selalu bercermin pada Tuhan, dia akan mengikuti kata
hatinya yang berasal dari bisikan Tuhan...
Secara
sederhana adalah keyakinan saya, Tuhan tidak akan membiarkan manusia yang
senantiasa berusaha mencari rejeki dengan cara yang halal. Dia akan selalu
memberi kita rejeki, rejeki yang barokah. Dalam situasi tersulit apapun, Allah
nggak akan membiarkan kita nggak bisa makan...bahkan Allah mampu memberi rejeki
semut-semut agar mereka tetap hidup. Kenapa manusia harus takut kehabisan
rejeki? (kata Fahmi)
Sejahat-jahatnya
manusia, semenyimpang-menyimpangnya manusia, pasti cerminan Tuhan dalam dirinya
selalu ada...tinggal mana yang dia pilih.
Fahmi
pernah berpesan pada saya bahwa kebanyakan orang yang sukses itu adalah mereka
yang selalu mendengarkan bisikan Tuhan dalam hatinya...
Semoga
mereka, di daerah prostitusi manapun, segera menemukan bisikan Tuhannya dan
kembali ke cara yang benar dalam mencari rejeki. Amin...
(Menurut
sumber di Internet, lokalisasi gang Dolly mampu meraup penghasilan perbulan
sebesar 34 milyar)
ngeri ya ast..
BalasHapussemogaaa suami anak cucu kita nanti dijauhkan dari hal kayak gitu...
*omongannye udah anak cucu ajee...hahaha*