Jumat, 23 Mei 2014

SAWANG SINAWANG




“Coba kamu lihat, sesempurna apapun kelihatannya kehidupan seseorang di matamu. Pasti ada aja ketidaksempurnaannya” (Muhammad Fahmi)

Kadang-kadang, aku sering membandingkan rumput tetangga dengan alang-alang di kebunku yang selalu bikin hatiku kurang bersyukur. Yah namanya manusia...liatnya ke atas aja lupa liat kebawah. 

Suatu hari aku cerita ke suami tentang keherananku kenapa beberapa temenku bilang ke aku “Enak ya kamu udah punya usaha sendiri”, padahal di satu sisi aku tahu mereka sendiri bekerja di perusahaan yang bagus atau di BUMN. Batinku “laah...emang kamu kira enak wirausaha...penuh ketidakpastian yang kadang bikin ngenes ati...hahaha...kalo kamu kan enak tiap bulan terima gaji tetap, suamimu punya gaji, kurang apa hidupmu?”

Buat seorang pengusaha amatir yang bergelut sama hal itu-itu aja, kadang aku pernah sempet mikir pengen berkarir. Tapi, kalo aku berubah-ubah tujuan, aku nggak akan pernah sampai. Aku udah memutuskan ini pilihanku ya akan aku usahakan dulu semaksimalnya.

Ya itulah hidup, sawang sinawang kata Fahmi...sekarang coba kamu liat temenmu itu

Si A – karirnya bagus, suaminya kerja di BUMN yang paling diminati orang se-Indonesia Raya, uangnya banyak, tinggal di kota metropolitan, mau beli apa aja gak mikir. Lihaten (kata Fahmi)...pisah-pisahan sama suaminya, anak belum punya-punya...

Si B – suaminya kerja di perusahaan ternama, si B gak kerja gak bakalan gak makan, rumah udah punya, tapi apa, nikah lama pengen punya anak belum dikasih Allah, tinggal sekota sama suaminya tapi suaminya sering (banget) keluar kota

Si C – Suami kerja di luar kota, dia kerja, masih numpang ortu, uang cukup gak berlebih, tapi dia punya anak, bisa seminggu sekali ketemu suaminya. Cuma secara materi memang pas-pasan.

“Terus kita ini kurang enak apa lagi?” kata Fahmi

“Tempat tinggal ada meski masih nunut mbah ti, uang alhamdulillah cukup gak pernah sampe kekurangan, tiap hari bisa ketemu, cerita-cerita, ngudang kunil bareng, guyon bareng. Allah kasih kita rejeki yang gak ternilai, Kunil. Kunil ini keliatannya Cuma bayi yang kerjanya nangis oek oek, makan, ngising, tapi liaten talah kemarin Kunil lahir rejeki Allah buat dia melebihi penghasilan AFEX selama sebulan (hahaha). Suatu hari kita pasti punya rumah, kendaraan, yang penting keluarga itu harus bersatu. Jangan jauh-jauhan mbelani uang. Terus kasih sayang dalam keluarga itu berkurang. Akhirnya uang banyak kalo kebutuhan kasih sayang anak dan orang tua hilang terus apa artinya. Uang banyak tapi anak belum punya, jauh-jauhan suami-istri...emang kamu kira itu enak. Hidup kita ini sempurna kalo kita bersyukur dengan kondisi kita...”

*tertohok

Ya hidup ini sawang sinawang, semua dengan rejekinya masing-masing, dengan cobaannya masing-masing...

Bahkan Olga Syahputra yang uangnya banyak dan hidupnya secara duniawi sempurna, harus terbaring di RS karena sakit parah.
  
Michael Jackson yang uangnya lebih banyak dari Olga, masih nyari narkoba biar bikin dia lebih bahagia katanya (sekaligus menghancurkannya)

Baiklah...

Jangan jadikan uang sebagai tolok ukur kesuksesan seseorang...

Percayalah, nominal berapapun gak akan bisa membuat hatimu merasa cukup dan sukses jadi sesuatu/seseorang yang kamu inginkan kalo kamu gak bisa bersyukur...

Salam Sayang
Trimbil

Senin, 12 Mei 2014

FRUST-ASI



FRUST-ASI

Dulu, setiap kali melihat ada seorang cewek yang memiliki payudara (setelah ini dibahasakan sebagai “gentong”) besar, aku selalu bersyukur kalo punyaku berukuran biasa-biasa aja meski cenderung flat. hahaha...yah namanya sudah nasib, riwayat dari generasi ke generasi di keluarga nggak ada yang punya gentong ukuran super.

Kunil baru lahir

Akhirnya, saat jadi seorang ibu, keinginan untuk memberi ASI itu sudah terlintas sejak hamil bahkan nggak kepikiran kasih susu formula sama sekali. Sejak hamil juga suami udah mulai mengusahakan biar aku bisa beri ASI dengan mencukupi nutrisiku karena ada beberapa teman kantornya yang juga sedang hamil bilang kalo ASI mereka sudah keluar ketika usia kandungan masuk bulan ke-7, bahkan ada yang bulan ke-4 udah keluar ASI. Lha punyaku? Blas... Frustasi nomer 1.

Kemudian setelah anakku lahir, di RS sudah dibelajari dan disuruh ngasih ASI ke anakku sejak hari pertama anakku lahir, meski waktu itu aku masih terkapar karena habis SC. Sayangnya, gayung kurang bersambut, nipple yang kecil cenderung datar bikin anakku kesusahan di perlekatan (latch on) dengan PD. Sempet sama suster-suster di RS disambung dengan karet dot dan anakku beberapa kali berhasil ketika gentong disambung. Sejak itulah rasa percaya diriku mulai jatuh untuk menyusui anakku, apalagi tetangga sebelah gentongnya besar dan anaknya gampang sekali nyusu. Setiap disuruh suster nyusuin anakku, aku rasanya pengen nangis soalnya anakku kesusahan untuk nyusu sementara dia pastinya lapar...Frustasi nomer 2

Angop

Pulang ke rumah, timbul sedikit optimisme untuk kembali menyusui. Ibuk di rumah juga nyediain banyak makanan sehat biar asi ini bisa maksimal. Di rumah PD mulai terasa “ngerasemi” istilahnya dan ASI terasa sampai merembes-rembes beberapa hari setelah pulang dari RS. Cuma permasalahannya sama, ASI keluar meski jumlahnya belum banyak sekali tapi anakku belum bisa perlekatannya. Nah inilah yang aku sesalkan, banyak orang di sekelilingku mengusahakan gimana biar aku bisa beri ASI ke anakku tapi nggak ada satupun yang tahu dan bisa ngajarin aku gimana teknik perlekatan yang benar sehingga seminggu pertama ASI ku sering sia-sia. Ditambah baby blue syndrome di 2 minggu pertama bikin aku semakin down...Frustasi nomer 3

Masih kurus (1w)

Gimana-gimana aku tetep berupaya, pake pompa manual, pompa medela, pokoknya selama ada kesempatan pompa dan ada ASInya aku pasti pompa dan masukkan ke dot Kunil. Saat itu rasa percaya diriku makin hilang untuk menyusui. Peran keluarga sekitar dan suami juga mempengaruhi keberhasilan ibu untuk beri ASI ke anaknya. Berhubung masih tinggal dengan orang tua, seringkali ketika si Kunil laper, aku paksa dia untuk belajar nyusu di PD (dia sudah sering bingung puting karena kebiasaan ngedot) sebelum aku kasih susu formula. Kali aja dia berhasil menstimulasi gentong emaknya biar produktif. Hanya aja, ketika jumlah ASI nggak mencukupi, Kunil nangis sekeras-kerasnya dan hasilnya Emaknyalah yang dimarahi sama para mbah (dan nduty) yang nggak tega karena membiarkan si Kunil kelaparan. Padahal maksudku adalah pelan-pelan ngajarin dia nyusu di gentong emaknya...Frustasi nomer 4

Banyak cara sudah aku lakukan biar produksi ASI lancar, aku memaksa minum banyak (meski aku sering nggak kuat banyak minum), makan banyak, minum habatussauda, minum suplemen ASI. Ya cara-cara itu cukup berhasil bikin ASI aku berproduksi (meski jumlahnya sedikit sekali). Cuma, permasalahannya yaitu tetap, anakku nggak bisa-bisa dibelajari nyusu dari emaknya. Setiap kali dia berusaha nenen selalu lepas karena kebiasaan dia ngenyot dot yang lebih mudah daripada nyusu langsung di PD. 

Kadang aku iri, ada orang-orang yang makan minum biasa aja, tapi produksinya melimpah ruah. Terus terang, meski aku sempat saat semangat-semangatnya mengusahakan ASI ke anakku, PD ku nggak membesar seperti ibu-ibu lainnya. Ukuran PD ku sama seperti biasanya, bedanya ada produksi ASInya meski cuma netes-netes nggak sampe mancur-mancur...Makin lama anakku udah kebiasaan sufor, dan rasa percaya diriku sepertinya habis untuk bisa nyusuin Kunil. 

Sekarang, tiap liat status temen-temen di sosmed, atau liat temen-temen yang posting hasil pompaan ASI di freezer mereka. Rasanya hatiku sedih. Apalagi kalo ada statement-statement orang di sekelilingku yang bilang aku gak suka sayurlah, minumnya kurang lah, makannya kurang lah...yah mereka nggak tau apa yang sudah kuupayakan kemarin. Kalo sekarang aku jadi mulai kembali ke kebiasaan ngawurku yang jarang makan, jarang minum, banyak kopi, jawabannya satu, aku sudah nggak punya nyali lagi buat kembali mengusahakan ASI anakku.

Hari ini aku baca artikel tentang relaktasi...mulai minggu depan setelah situasi memungkinkan, aku pengen nyoba relaktasi sama ahli laktasi. Yah bismillah aja ini upaya terakhir yang pengen kutempuh buat Kunil. Terus terang, meski banyak ibu-ibu yang milih pake sufor tanpa ada perasaan guilty ke anaknya, tapi aku sangat merasa bersalah dan nyesel setiap kali liat anakku ngedot sufor.

Ayah nakal, Daniel tampol

Yah semoga keadaannya makin kondusif dan mendukung buatku relaktasi...semoga usaha berikutnya ini bisa diusahakan dengan maksimal, dan juga semoga aku lebih pede untuk nyusuin anakku setelah 3 minggu bersama dot dan sufor.

Selama relaktasi, AFEX bakal libur sampai program ramadhan...hehehe...apapun akan diusahakan untuk Kunil-ku

Wish me luck ya