Selasa, 27 Desember 2011

Surat Athena

Ares tersayang,

Aku selalu berharap angin bisa sedikit berbaik hati membantuku menyampaikan hal ini. Aku adalah Athena, wanita yang dilahirkan dalam kobaran api yang berpantang pada melankolia dan tak bisa berekspresi dalam sebuah perasaan tak terdefinisi. Athena yang menyembunyikan feminisme dibalik ketangguhannya untuk menaklukkan batalyon pasukan di medan laga dimana darah musuh adalah pemandangan manis yang dinantikan. Hasrat membunuh dan menguasai itu ibarat rasa lapar, atau gairah untuk bercinta. Tak bisa dihentikan semudah membendung  rasa kecewa luar biasa. Sama seperti halnya dengan keterus terangan, aku tak mampu menyimpan kata yang membuat sesak di dada dan menyimpan dusta dibalik topeng-topeng keperkasaan seorang penghancur teritori.

Kau dan aku hidup dalam lingkaran yang menjemukan, bahkan hidup kita tak lebih indah dibandingkan para kuda di ladang gandum atau para buruh pengilangan anggur di sana. Setidaknya mereka bisa beristirahat, bercanda dan berbagi kasih dengan keluarga, dengan anak, atau dengan pasangan mereka. Bertempur itu melelahkan batin yang sudah kosong, dan melemahkan raga yang selalu khawatir tertembus tajamnya tombak dan pedang. Aku selalu menantikan akhir dari peperangan tanpa keharusan aku memenangkannya, aku tak peduli tugas dan tanggung jawab yang kubawa bertahun-tahun. Aku telah muak dengan rutinitas yang hatiku tidak menginginkannya. Kadang aku ingin segera mundur dari medan dan mengakhirinya, agar aku bisa pergi bersamamu Ares.

Mengapa detik-detik menuju peperangan berikutnya itu terasa begitu cepat dan aku benci harus kembali memakai seragam peperangan itu. Meski aku adalah penunggang kuda hebat, mataku yang tajam ini mampu membidik lawan dengan sangat akurat, aku memiliki pedang yang tidak ditempa oleh sembarang orang, dan tak ada yang mengalahkan kehebatanku, wanita di tengah-tengah neraka. Ares, logika kita mungkin sama, ketangguhan kita tidak berbeda. Tapi, aku tetaplah Athena, yang kadang ingin kau yang melindunginya, sekalipun aku mampu melakukan semuanya sendirian.

Hidupku yang jauh dari damai selalu mencemaskan satu hal. Aku tak ingin bertemu denganmu dalam medan perang dimana kita akan berhadapan dan saling membinasakan. Tugas dan cinta itu adalah dilema, seperti keadilan. Keadilan itu tak ada karena manusia tak tahu bahwa membenarkan satu hal artinya meniadakan keadilan pada hal lain. Apakah aku harus meniadakan cinta yang aku sembunyikan bertahun-tahun ini Ares hanya demi sebuah cita-cita ambisius yang kulakukan untuk pimpinan yang memeras welas asihku menjadi darah dan nyawa.

Aku tahu Ares, kau seorang pemberani tiada tanding. Pria perkasa yang dikagumi, kau mampu mengawini ribuan wanita tanpa cinta semudah kau membunuh jutaan prajurit tanpa perasaan bersalah. Sayangnya kau terlalu pengecut mengucapkan cinta yang aku tahu kau menginginkannya. Apa yang kau takutkan dari pandangan dunia? Apa dengan mencintai kau tak lagi menjadi dewa peperangan? Apa hanyut dalam perasaan akan melemahkan dan melunturkan ketampanan? Atau kau hanya takut tak bisa berfantasi dan bercumbu lagi dengan banyak pemujamu karena cinta akan menghendakimu untuk menoreh janji pada satu hati.

Sudahlah Ares, aku telah lelah dengan segala absurdisitas hatimu. Kedamaian itu hanya ada ketika kita mengorbankan ambisi dan tidak memedulikan tugas yang kita emban, hidup jauh dari kobaran api dan persenjataan. Tinggal di sebuah rumah terpencil setelah bertahun-tahun tidur dalam kegelisahan ranjang di barak perang. Tak ada kekhawatiran akan terbunuh di tengah gelapnya malam. Bersenandung dalam sunyi sehingga hanya kau dan aku yang berduet dalam harmoni alam. Aku telah memberimu pilihan Ares, dan sekarang giliranmu untuk mencari keputusan hatimu karena sekalipun aku menginginkanmu, siapakah aku dalam kehidupanmu. Kasih sayangku tidak akan membatasimu dengan sel-sel penjara pilihan hidup, karena aku selalu membebaskan hati.

Athena mungkin akan menyerah dalam peperangan berikutnya dan menjadi diriku sendiri yang selama ini telah menghilang digerogoti waktu dan kekejaman kaum borjuis. Jika kau menginginkan segala yang kau miliki sekarang pergi dan bangkitlah menjadi Ares sang dewa pembinasa, dan aku akan mengamatimu dari bukit sebelah.

Seberapa jauh kau bisa hidup tanpa Athena di sisimu...



Jumat, 23 Desember 2011

Sesaat

Sesaat

Dimasa lalu, ada jarak dimana kita bersua tanpa sapa, dan berbicara tanpa makna. Sayang kau tertawa membelakangi tanpa peduli, dan aku bahagia dengan apa yang kupunya. Sesaat hanyalah angka 3 yang kukali dengan 30, kemudian dilipatkan dengan angka 3600. Itulah sekian saat aku merenungkan kebodohan dan menyesali berlalunya peristiwa menjadi kenangan tanpa arti untukmu.

Sesaat

Dimensi sesaat hanya berupa cerita dalam huruf yang dirangkai dalam kesepian. Mendekatkan hati itu kebutuhan jiwa yang kehilangan kasih sekian lama, meringkuk dalam benteng kekuatanmu adalah keinginan jiwa seseorang yang tak pernah dilindungi. Bertahan melawan arus jaman yang tiada henti menguji bersama kebijakan yang kau ajarkan dengan logika, ijinkan aku menoreh hatimu dengan kasih.

Sesaat

Sayang kau datang dan terluka, kemari dan aku miliki penawar derita luar biasa dari masa lalumu. Janganlah kau menaburkan garam diatas luka, atau membersihkan dengan obat merah dan kapas. Karena ketika luka itu dari dalam, hanya keyakinan dan hatimu yang mampu menyingkirkan amarah dendam yang menghujam menyesakkan dadamu tiap malam kau memikirkannya. Jangan kau keruhkan dirimu yang bening seperti air di permukaan danau seberang dengan noda-noda yang melubangi welas asih.

Sesaat

Waktu sesaat itu tak cukup untukku belajar memahami. Aku selalu berharap hatimu adalah kertas koran yang tiap hari bisa kubaca dan kuketahui isinya. Hatimu bagaikan novel detektif yang penuh misteri berliku-liku dan endingnya hanya bisa kau tentukan sendiri karena sakalipun aku berusaha menerka kau selalu bersembunyi di balik dinding yang kau bangun di depan mataku. Air melubangi batu membutuhkan waktu lebih dari sesaat, dan berusaha melupakan cinta itu butuh selamanya.

Sesaat

Hitungan setiap detik kita bercinta, tanpa jeda dan rasa yang pasti, bersatu dalam gairah yang menghancurkan perasaan jika kita tak pernah tau jelas dalamnya hati. Kau menatapku dan aku membaca, raut wajah dan indahnya sinar mata, aku adalah pembaca dusta paling sempurna. Merasakan cinta itu semudah membumbui makanan kemudian menilai rasa dari indera, sehingga aku adalah perasa cinta abadi. Bolehlah dunia berbicara apa yang mereka nikmati akan kita, tapi hanya kau yang mempu menilai harga dari setiap debaran jantung dan lembutnya belaian.

Sesaat

Memberikan pelajaran, karena penerimaan itu adalah dedikasi dan pengorbanan itu memperdulikan hati. Tak berupaya aku merubah hati, bahkan sehelai uban yang tumbuh di kepalamu tak pernah ingin kucabut, karena kasih sayang tak menuntut perubahan menjadi sesuatu yang lain. Jangan kau nilai setiap rupiah yang bisa kau beli dariku tapi hitunglah tiap detik kau merasakan ketulusan dari hati bukan siapa-siapa.

Sesaat

Aku tak kuasa menahan rasa ingin bertemu seperti awan yang jenuh menahan uap air di angkasa kemudian melepasnya menjadi hujan. Aku ingin bertemu,kemudian bersandar di pundakmu yang  membuatku merasa aman terlindungi. Mari kita berbagi kisah hidup dimana lara tak pernah berhenti hinggap di tiap masa manusia. Pedulilah sayang sesekali. Kau pun tahu bahwa manusia membutuhkan pendamping hati seperti membutuhkan udara untuk mengisi kehidupannya.

Sesaat

Hanyalah sisa hari sampai kita berpisah dan menyimpan apa yang kita lalui sebagai rahasia kecil yang hanya kau dan aku yang memiliki kunci. Mari masukkan semuanya dalam kotak kenangan masa muda kita yang setelah ini akan berlari meninggalkan kita menjadi manusia dengan gelora yang berbeda.

Sesaat

Kemudian kita akan berpamitan di sana, tempat dimana ada beberapa orang yang menahan air mata untuk melepas dan yang lain menyambut dengan suka cita. Impianmu akan menunggu di tanah yang jauh dari rengkuhanku, kau kan hilang dan tak kan terganggu. Pergilah dan aku akan menjauhi memorimu kemudian mengawali cerita sendiri. Karena sayang, sesaat itu adalah relativitas kita masing-masing. Bagimu aku hanyalah sesaat, namun kau akan menjadi selamanya dalam histori kisah hati